Jumat, 13 April 2012

Kasus Terapi Kognitif Behavioral

Terapi Behavioral
Terapi perilaku merupakan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis dan fokusnya pada perubahan perilaku, bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam. Terapi behavioral relatif singkat, berlangsung umumnya dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Terapi perilaku pertama kali memperoleh perhatian yang besar sebagai cara untuk membantu mengatasi ketakutan dan fobia.
Metode-metode dari terapi behavioral adalah :
Desensitisasi sistematis
Melibatkan suatu program terapeutik yang memperlihatkan (dalam imajinasi atau dengan menggunakan gambar atau slide) stimuli yang secara bertahap semakin menakutkan sementara individu merasa sangat santai.
Pemaparan bertahap (gradual exposure)
Orang yang memiliki masalah fobia secara sengaja dipaparkan pada stimuli nyata yang menimbulkan ketakutan. Seperti pada desensitisasi sistematis, individu maju melalui hierarki dari stimuli yang secara bertahap mekin menimbulkan kecemasan, sesuai dengan kemampuannya.
Modelling
Individu mempelajari perilaku yang diharapkan dengan mengamati orang lain melakukannya. Setelah mengamati model, klien diarahkan atau dibimbing oleh terapis atau model untuk melakuka perilaku yang menjadi target.
Pembanjiran (flooding)
Membanjiri klien dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkah laku yang tidak dikehendaki, bertahan di sana sampai klien menyadari bahwa malapetaka yang dicemaskannya tidak terjadi.
Terapi aversif
Pada terapi aversif pengaturan kondisi aversif diciptakan oleh terapis yaitu dengan memasangkan suatu stimulus dengan stimulus yang tidak menyenangkan/negatif.
Selective reward/punishment
Terapis meneliti klien dalam setting aktual, bekerjasama dengan orangtua dan guru untuk memberi hadiah ketika anak melakukan tingkah laku yang dikehendaki dan menghukum kalau muncul tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Latihan ketrampilan sosial
Untuk penderita depresi. Teori depresi yang populer memandang depresi sebagai akibat dari perasaan tidak mendapatkan hadia/perhatian dari lingkungan.
Token ekonomy
Hadia dalam bentuk kartu berharga diberikan kepada klien setiap klien memunculkan perilaku yang dikehendaki. Sesudah kartu di tangan klien mencapai jumlah tertentu, dapat ditukar dengan hadiah yang disukai.
Terapi Kognitif
Terapis kognitif berfokus untuk membantu klien mengidentifikasi dan memperbaiki keyakinan-keyakinan maladaptif, jenis berpikir otomatis dan sikap self-defeating yang mengahsilkan atau menambah masalah emosional. Mereka percaya bahwa emosi-emosi negatif seperti kecemasan dan depresi disebabkan oleh interpretasi kita terhadap peristiwa yang menggangu, bukan pada peristiwa itu sendiri. Kecenderungan untuk membesar-besarkan pentingnya kegagalan kecil adalah sebuah contoh dari suatu kesalahan dalam berpikir yang disebut Beck sebagai distorsi kognitif.
Dua terapis kognitif yang menonjol adalah:
Terapi Rasional-Emotif dari Albert Ellis
Ellis percaya bahwa adopsi dari keyakinan irasional dan self-defeating akan meningkatkan masalah psikologis dan perasaan negatif. Kesulitan emosional seperti kecemasan dan depresi tidak disebabkan langsung oleh peristiwa negatif, tetapi lebih oleh bagaimana kita mendistorsi, artinya dengan memandang peristiwa tersebut melalui kacamata gelap keyakinan self-defeating. Pada terapi perilaku rasional-emotif (Rational Emotive behavior Teraphy/REBT), terapis secara aktif mendebat keyakinan irasional klien dan premis-premis yang mendasarinya dan membantu klien untuk mengembangkan keyakinan alternatif dan adaptif.
Terapi Kognitif dari Aaron Beck
Terapi kognitif mendorong klien untuk mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir, disebut sebagai distorsi kognitif, yang mempengaruhi mood dan menyebabkan hendaya perilaku, seperti kecenderungan untuk membesar-besarkan kejadian negatif dan mengecilkan pencapaian pribadi. Terapis kognitif meminta klien untuk merekam pikiran-pikiran yang muncul akibat kejadian mengecewakan yang mereka alami dan memperhatikan hubungan antara pikiran dengan respons emosional mereka. Hal ini kemudian akan membantu mereka membantah pikiran yang terdistorsi dan menggantikannya dengan alternatif yang rasional.
Terapi Humanistik
Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini. Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight klien. Bentuk utama dari terapi humanistik adalah :
Terapi berpusat individu (client-centered teraphy). Rogers percaya bahwa orang-orang memilki kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan. Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat hambatan yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization. Terapi berpusat individu menciptakan kondisi hangat dan penerimaand alam hubungan terapeutik yang membantu klien untuk menjadi lebih sadar dan menerima diri mereka sendiri.
Terapi berpusat individu bersifat tidak mengarahkan. Klien, bukan terapis, yang memimpin dan mengarahkan jalannya terapi. Terapis menggunakan refleksi yaitu pengulangan atau perumusan kembali dari perasaan-perasaan yang diekspresikan klien tanpa menginterpretasi atau memberi penilaian. Terapis yang efektif seharusnya memiliki 4 kualitas atau atribut dasar : penerimaan positif tanpa syarat, empati, ketulusan, dan kongruen.
Pertama, terapis harus dapat mengekspresikan penerimaaan positif tanpa syarat (unconditional positive regrad) kepada klien. Terapis harus bisa menerima klien sebagai pribadi tanpa syarat, walaupun kadang-kadang terapis tidak menyetujui pilihan atau perilaku klien. Terapis yang menunjukkan empati (empathy) dapat merefleksikan atau mencerminkan secara akurat pengalaman dan perasaan klien mereka. Terapis mencoba melihat dunia melalui mata atau kerangka berpikir klien mereka. Ketulusan (genuiness) adalah kemampuan untuk terbuka mengenai perasaan seseorang. Kongruen (congruence) mengacupada kecocokan antara pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Orang yang kongruen adalah yang perilaku, pikiran, dan perasaannya terintegrasi dan konsisten. Terapis yang kongrauen bertindak sebagai model dari integrasi psikologis bagi klien mereka.
Terapi Kognitif-Behavioral (CBT)
Terapi kognitif-bahavioral (Cognitive-Behavioral Teraphy/CBT) berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata, tetapi juga dalam pemikiran, kayakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi kognitif behavioral memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan.
Terapi perilaku-kognitif merupakan teknik yang sedang berkembang pesat sejak dekade yang lalu. Meichenbaum (dalam Ivey, 1993) menggabungkan antara modifikasi perilaku dan terapi kognitif. Terapi perilaku-kognitif didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia secara resiprok dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis, serta konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila ingin mengubah perilaku yang maladaptif dari manusia, maka tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja, tetapi juga menyangkut aspek kognitifnya.
Terapi perilaku-kognitif terdiri dari berbagai prosedur pelatihan yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya antara lain relaksasi, terapi kognitif, dan pemantauan diri. Modifikasi perilaku-kognitif merupakan gabungan terapi perilaku dan terapi kognitif. Dalam pelaksanaannya, terapi perilaku-kognitif menekankan pada pemahaman terhadap aspek pengalaman kognisi yang berbeda-beda misalnya kepercayaan, harapan, imaji, pemecahan masalah.
Terkait dengan perlunya pemahaman tentang prinsip-prinsip terapi perilaku-kognitif, Meichenbaum (dalam Ivey, 1993) mengemukakan 10 hal yang harus diperhatikan seorang terapis dalam penggunaan terapi perilaku-kognitif, yaitu :
1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku klien ditentukan oleh pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan akibat yang dialaminya. Terapis dapat memasuki sistem interaksi dengan memfokuskan pada pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan perilaku yang dihasilkan klien.
2. Proses kognitif sebenarnya tidak menyebabkan kesulitan emosional, tetapi yang menyebabkan kesulitan emosional adalah karena proses kognitif itu sendiri merupakan proses interaksi yang kompleks. Bagian penting dari proses kognisi adalah meta-kognisi yaitu klien berusaha untuk memberi komentar secara internal pada pola pemikiran dan perilakunya saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk mengorganisasi pengalaman adalah personal schema. Terapis perlu memahami personal schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang dialami klien. Perubahan personal schema yang tidak efektif adalah bagian yang penting dari terapi.
3. Tugas penting dari seorang terapis adalah menolong klien untuk memahami cara klien membentuk dan menafsirkan realitas.
4. Terapi perilaku-kognitif memahami persoalan dengan pendekatan psikoterapi yang diambil dari sisi rasional atau objektif.
5. Terapi perilaku-kognitif ditekankan pada penjabaran serta penemuan proses pemahaman pengalaman klien.
6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk mencegah kekambuhan kembali.
7. Terapi perilaku-kognitif melihat bahwa hubungan baik yang dibangun antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang penting dalam proses perubahan klien.
8. Emosi memainkan peran yang penting dalam terapi, untuk itu klien perlu dibawa ke dalam suasana terapi yang mengungkap pengalaman emosi.
9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan pihak keluarga ataupun pasangan klien.
10. Terapi perilaku-kognitif dapat diperluas sebagai proses pencegahan timbulnya perilaku maladaptif.
Terapi perilaku-kognitif terdiri dari bermacam-macam teknik, antara lain :
1. Teknik relaksasi
Teknik ini dilakukan berdasar pada asumsi bahwa individu dapat secara sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai dengan keinginannya melalui suatu cara yang sistematis (Jacobson dalam walker dkk.,1981). Ada bermacam-macam teknik relaksasi, salah satunya yaitu teknik relaxation via letting go agar subjek mampu melepaskan ketegangan dan akhirnya mencapai keadaan tanpa ketegangan. Diharapkan subjek belajar menyadari ketegangannya dengan menegangkan otot-ototnya dan berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi dan menghilangkan ketegangan otot tersebut. Selain itu dilatihkan pula teknik differential relaxation yang mengajarkan kepada subjek ketrampilan untuk merilekskan otot-otot yang tidak mendukung aktivitas yang dilakukan, karena dalam keadaan cemas seluruh otot cenderung tegang, walau otot tersebut kurang berperan dalam aktivitas tertentu.
2. Teknik pemantauan diri
Teknik ini berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus berfungsi terapeutik. Dasar pemikiran teknik ini adalah pemantauan diri terkait dengan evaluasi diri dan pengukuhan diri (Kanfer, dikutip Andajani, 1990). Subjek memantau dan mencatat perilakunya sendiri, sehingga lebih menyadari perilakunya setiap saat.
Beberapa langkah dalam teknik pemantauan diri adalah sebagai berikut :
(a) Mendiskusikan dengan subjek tentang pentingnya subjek memantau dan mencatat perilakunya secara teliti.
(b) Subjek dan terapis secara bersama-sama menentukan jenis perilaku yang hendak dipantau.
(c) Mendiskusikan saat-saat pemantauan dilaksanakan.
(d) Terapis menunjukkan pada subjek cara mencatat data.
(e) Role play. Pemantauan diri hendaknya dilakukan untuk satu jenis perilaku dan relatif merupakan respon yang sederhana (Kanfer, 1975).
Teknik kognitif
Dasar pikiran teknik kognitif adalah bahwa proses kognitif sangat berpengaruh terhadap perilaku yang ditampakan oleh individu. Burns (1988) mengungkapkan bahwa perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya. Penyimpangan proses kognitif oleh Burns (1988) juga disebut dengan distorsi kognitif. Pemikiran Burns merupakan pengembangan dari pendapat Goldfried dan Davison (1976) yang menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak rasional, untuk selanjutnya individu belajar membangun pikiran yang objektif dan rasional terhadap peristiwa yang dialami.
Kasus Baby Blues
Kasus 1 : beberapa kasus ibu dengan baby blues
Aruni, anak pertama Melati (29), sudah berusia satu tahun. Namun Melati masih sering merasa bayi itu tiba-tiba terlepas dari pelukannya saat Melati berdiri di ketinggian. Padahal dia tidak sedang menggendongnya. Namun Melati merasa bayangan itu adalah kenyataan. Kalau perasaan itu datang, keringat dinginnya mengalir. Tak mudah bagi Melati menghilangkan bayangan mengerikan itu meski hal mengerikan lainnya sudah ia lewati. “Waktu Aruni masih lebih kecil, saya sering membayangkan ada pisau menancap di perutnya,” ujar Melati. Bayangan tentang pisau yang menancap di perut sebenarnya sudah mulai mengganggu ketika usia kandungannya semakin tua. Perasaan tidak menentu menyertai Melati seusai kelahiran Aruni. Yang dominan, rasa ingin marah terus. “Saya kasihan pada suami karena ia sudah berusaha keras untuk membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja kekeliruan bisa membuat saya meledak,” kenang Melati. Tak jarang Melati merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi ibu yang baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia merasa berada di padang luas tanpa batas. Sendirian. Sunyi. Perasaan kosong yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi kepada siapa pun.

Meski tidak separah Melati, Sally Dwi Anda (35) merasakan sebagian hal yang sama. Seminggu setelah melahirkan, Sally mengalami rasa sedih berlebihan. Padahal orang-orang terdekatnya, seperti orangtua dan suami, sangat mendukungnya. Setiap malam, Guirino, sang suami, ikut mengganti popok anaknya yang basah. “Gue bangun tinggal kasih susu ke Sheila saja,” ujarnya.

Banyak perempuan mengalami perasaan berubah-ubah secara ekstrem (mood swings) pascamelahirkan. Semua perempuan berpotensi mengalaminya, termasuk aktivis yang tercerahkan dengan suami yang sungguh-sungguh sangat mendukung.
“Waktu melahirkan Bram, sampai usia enam-tujuh bulan, saya punya perasaan aneh. Pada suami saya, saya sering bilang, ’Benda apa sih ini yang bisanya nangis, kencing, dan pup.’ Padahal suami saya yang mengurus bayi itu, bahkan suami yang menyodorkan bayi itu untuk saya susui,” kenang Ranti (43) saat melahirkan anak pertamanya, Bram, kini 19 tahun dan sudah kuliah.
Ririe (32) mengalami hal sama. Setelah melahirkan, ia merasa semua beban keluarga ditimpakan kepadanya. Kesedihan yang luar biasa sering ia rasakan, terutama kala menatap anaknya yang sedang tidur. Muncul perasaan ia tidak mampu memberikan yang terbaik untuk Rheesa (enam bulan). Beban psikologis itu terasa semakin berat ketika Paskalis, suami Ririe, tidak banyak membantu setelah Ririe melahirkan. Berbeda dengan suami Melati, Sally, dan Ranti, suami Ririe tertidur pulas ketika Ririe bangun tengah malam untuk mengganti popok anaknya. Padahal sebelumnya ia berharap sang suami bisa membantu karena jam kantornya siang. Pagi hari, suaminya juga tidak mau membawa anaknya jalan-jalan atau berjemur mendapatkan sinar matahari. “Setelah ngomel, suami saya baru mau,” lanjut Ririe. Kalau perasaan negatif itu datang, Ririe mengaku sering menangis tersedu-sedu di depan anaknya yang tertidur pulas. Dengan menangis, Ririe memeluk anaknya sambil minta maaf. Selama lebih tiga bulan Ririe mengalami gejolak emosi yang sangat tidak stabil. Terkadang ia merasa bahagia dianugerahi seorang anak, lalu muncul kesedihan yang luar biasa. Ia juga merasa kebebasan dan privasinya sangat berkurang karena waktunya habis untuk mengurus anak. Padahal, selama masa kehamilan, Ririe sudah mempersiapkan secara matang perawatan anak pertamanya yang akan lahir. Ia membaca semua buku menjelang kelahiran anak pertamanya itu. Ririe yang tinggal jauh dari mertua dan orangtua merasa sudah siap mental untuk mengasuh dan merawat bayi. Namun perkiraannya meleset. Setelah melahirkan, secara teknis Ririe memang tidak canggung lagi merawat dan mengasuh anaknya. Akan tetapi tidak secara psikologis. Petunjuk “ilmu” yang ia pelajari dari buku ternyata tidak mendapat dukungan dari lingkungan terdekatnya. Pengasuh bayi yang ikut merawat Rheesa tidak mau mendengarkan saran-saran Ririe.

Kasus 2: Curahan hati ibu yang menderita baby blues
Perceraian Nita dan Surya terjadi, saat putera mereka belum genap berusia satu tahun, artinya usia pernikahan itu sendiri belum dua tahun. Nita banyak menyalahkan dirinya sendiri. Pasca melahirkan Nita mengalami depresi. Dimana Nita menjadi orang yang tidak percaya diri, merasa jelek, merasa tidak berarti apa-apa dan menjadi paranoid. Takut di tinggal suami, takut suaminya pergi tak kembali, hinggal menyesalkan kehadiran bayinya. Nita merasa bayinyalah yang menjadi penyebab ia tidak bisa bekerja. Cerita Nita amat mengejutkanku.
“Tapi ketika masa cutimu habis, kamu berkerja kembali, aku tidak melihat ada yang salah?” Ujarku bingung.
“Mendekati berakhirnya masa cuti, aku sudah bisa mengendalikan diri”. Jawabnya sambil tersenyum.
“Lalu, apa permasalahannya sampai kamu bercerai?” tanyaku semakin penasaran.
“Entahlah aku pun sampai saat ini tak paham, mengapa akhirnya bercerai. Mungkin sakit hati. Aku merasa di tolak. Kamu masih ingat Mba, waktu Bang Surya datang ke studio saat akan study ke Australia?” tanya Nita sambil memandangku.
“Yap, aku masih hamil waktu itu. Tunggu, waktu itu kamu sudah bercerai?” tanyaku?.
“ Sudah! Saat itu Bang Surya memberitahukan aku jadwal keberangkatannya di tunda karena Bang Surya akan menikah.” Ujar Nita santai.
”Aku tidak mengerti!” Ujarku sambil menatapnya.
”Ketika aku mengalami depresi sesudah melahirkan, ibu Bang Surya menganggapku tidak normal. Aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar. Keluarga besar Bang Surya mendesak Bang surya untuk menceraikan ku.
”Sebentar Nit. Stop dulu cerita Bang Surya dengan istri barunya. Aku ingin tahu habis kamu melahirkan, kamu tinggal dimana?”
”Tinggal di rumah Bang Surya dengan orang tua dan satu adik perempuannya. Adik laki-laki Bang Surya bekerja di Yogja!. Mengapa?”
”Apakah keluarga kamu tahu, kalau kamu mengalami depresi pasca melahirkan?” tanyaku lagi.
”Ya, enggaklah Mba. Dan memangnya aku tahu, kalau waktu itu namanya depresi?” Nita balik bertanya.
”Maksudmu?”
”Istilah depresikan baru aku pahami beberapa waktu lalu. Ternyata kasus yang kualami, banyak juga dialami perempuan lain. Cuma bedanya perempuan lain di bantu suami dan keluarganya untuk mengupayakan penyembuhan, sedangkan aku di vonis tidak normal. Sehingga di ceraikan dianggap jalan keluar satu-satunya!” Ujar Nita.
”Bang Surya memenuhi keinginan orang tuanya untuk menceraikanmu?”
”Orang tua Bang Suryapun tidak beringinan memelihara Faiz yang tak lain cucunya sendiri. Mereka beranggapan bisa jadi anakku juga tidak normal”.
Kali ini Nita mengatakan dengan wajah menerawang jauh.
”Tapi Bang Surya sendiri bagaimana? Apakah dia sudah tidak mencintaimu lagi? Juga anaknya?” tanyaku?
“Mungkin waktu itu Bang Surya juga kehabisan rasa sabarnya dalam menghadapiku. Setiap Bang Surya akan berangkat kerja, aku menangis sejadi-jadinya. Aku takut Bang Surya tidak pulang dan kembali padaku. Walaupun kenyataannya tiap sore juga pulang. Aku punya perasaan takut, ngeri, jijik terhadap bayiku sendiri. Aku tidak mau menggendongnya karena aku takut kalau kesadaranku hilang, aku akan menjatuhkan bayiku”. Ujar Nita sambil menarik nafas. Lalu ia melanjutkan.
“Aku menjadi orang yang menakutkan. Aku tidak mempercayai siapapun. Aku merasa semua orang tidak menginginkan ku. Jika ada keluarga yang berkunjung mereka hanya melihat bayiku. Puncaknya, Bang Surya mengupah perawat untuk mengurusku dan bayi kami. Saat itulah aku semakin yakin aku akan di buang. Bayiku di pisahkan dari aku. Aku masih tidur seranjang dengan bang Surya tapi lama-kelamaan Bang Surya lebih sering tidur di kamar bayi. Dan hubungan kami menjadi tawar. Mungkin Bang Surya merasa, aku mengecewakannya dan dalam kekecewaannya, ia menemukan perempuan lain yang bisa mengobati rasa kecewanya.

Pendekatan Kognitif-Behavioral Untuk Penanganan Baby Blues
Baby blues atau depresi pasca melahirkan adalah depresi yang dialami ibu setelah melahirkan yang berkaitan dengan perubahan mood yang parah dan persisten selama beberapa bulan atau bahkan setahun atau lebih.
Gejala depresi yang paling umum pasca-melahirkan adalah perasaan kosong yang luar biasa (emptiness), diikuti dengan perasaan lainnya seperti kehilangan nafsu makan, hilangnya kesenangan dalam hidup, energi dan motivasi, perasaan tidak berguna, tidak berharga, banyak menangis, tanpa harapan dan rasa bersalah yang keterlaluan, dan ketakutan yang luar biasa bayinya akan tersakiti atau disakiti orang lain.
Munculnya depresi pasca-melahirkan bisa dipicu oleh adanya depresi prenatal. Nancy K. Grote, Ph.D, MSW, Direktur Promoting Healthy Family Program School of Social Work dari Universitas Pittsburgh, menyebut beberapa tanda depresi prenatal. Misalnya, perasaan sedih, susah tidur, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, mudah marah dan tersinggung, merasa begitu lemah, merasa tidak berharga dan merasa bersalah, sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih. Lebih parah lagi, depresi ketika hamil juga sering membuat penderitanya berpikir soal kematian dan tidak lagi bergairah untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti bersenda gurau, bekerja, makan, dan melakukan hubungan seks dengan suami. Tapi masalahnya, seringkali wanita hamil yang merasakan hal-hal di atas tidak menyadari bahwa dirinya sedang depresi.
Menurut Nancy, berbagai hasil penelitian membuktikan kalau depresi prenatal ini mendorong timbulnya depresi pasca-persalinan (postnatal) yang sering disebut dengan baby blues. Rangkaian depresi itu berakibat fatal, karena depresi postnatal bisa mengurangi kemampuan si ibu untuk membina kedekatan dengan bayinya. Akibatnya bayi pun tidak merasa aman berada di dekat ibunya sendiri.
Kondisi ini tentu sungguh memprihatinkan. Di Amerika, tercatat 10%-26% wanita mengalami depresi saat hamil. Jadi, tak ada tawar menawar lagi bagi wanita hamil yang menderita depresi. Mereka harus segera mencari bantuan agar ia terbebas dari depresi sebelum bayinya lahir. Jika tidak, ia tidak hanya mempertaruhkan dirinya, tapi juga masa depan anak-anaknya.
Banyak pemicu yang menyebabkan terjadinya depresi pasca-melahirkan. Di antaranya, depresi sebelum melahirkan, depresi yang tidak terkait dengan kehamilan, sindroma premenstruasi yang berat, perkawinan yang sulit, tak banyak anggota keluarga yang bisa diajak bicara, dan kehidupan penuh tekanan selama masa kehamilan dan melahirkan. Faktor endokrin diduga berperan dalam etiologi depresi pasca-melahirkan. Dalam kurun 1 sampai 42 hari setelah melahirkan, terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang sangat berarti.
Terapi Kognitif-Behavioral (cognitive-Behavioral Teraphy/CBT) untuk penderita baby blues
Sebelum proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan susunan terapi kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang teori terapi perilaku dan teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak adaptif, prinsip yang melandasi prosedur terapi perilaku-kognitif, dan tentang langkah-langkah di dalam terapi. Penjelasan ini penting perannya untuk meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. Perlu pula dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi (Ivey, 1993). Oleh karena itu individu harus benar-benar terampil menggunakan prinsip-prinsip terapi kognitif dan terapi perilaku dengan masalah yang dialaminya, dan peran terapis penting dalam mengajak individu memahami perasaannya dan teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki.
Pertama-tama untuk klien penderita baby blues, terapis berusaha mengubah pola pikir klien yang terdistorsi dengan pikiran yang lebih adaptif. Kecenderungan untuk membesar-besarkan pentingnya kegagalan kecil (merasa gagal menjadi ibu yang baik) adalah suatu contoh dari suatu kesalahan dalam berpikir yang disebut Beck sebagai distorsi kognitif. Psikiater David burns (1980) menyusun sejumlah distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi, yaitu :
Cara berpikir semua atau tidak sama sekali (all or nothing thinking)
Seorang penderita baby blues mungkin berpikir semua tentang suaminya baik dan semua tentang dirinya sendiri jelek.
Generalisasi yang berlebihan
Bagi ibu yang menderita baby blues, bayi yang sering menangis digeneralisasikan bahwa dirinya tidak bisa merawat bayi untuk selamanya.
Filter mental atau abstraksi selektif
Fokus pada unsur-unsur negatif saja dan menolak unsur-unsur positif. Ibu penderita baby blues hanya melihat hal negatif dari dirinya seperti gagal merawat bayi, mengecewakan suami.
Mendiskualifikasikan hal-hal positif
Menolak ucapan-ucapan positif dan mengingkari pencapaian-pencapaian yang telah dilalui. Biasanya ibu penderita baby blues mengingkari hal positif seperti dirinya telah mengandung selama 9 bulan, berjuang saat melahirkan dan susah payah merawat bayi. Yang dilihat hanya ketidakmampuannya merawat bayi sehingga bayi menangis terus dan mengecewakan suami.
Tergesa-gesa membuat kesimpulan
Ibu penderita baby blues menyimpulkan bahwa bayi yang terus menangis adalah karena dirinya gagal menjadi ibu yang baik dan menyimpulkan sifat suami yang acuh sebagai kesalahannya tidak bisa menjadi istri yang baik. Padahal belum tentu kesimpulannya benar.
Membesar-besarkan dan mengecilkan
Membesar-besarkan kesalahan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab mengapa bayi menangis terus. Suami yang kurang perhatian dianggap sudah tidak cinta lagi atau membencinya.
Penalaran emosional
Segala sesuatu ditanggapi dengan emosi bukan dengan pikiran. Ibu penderita baby blues menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan yang adil terhadap bukti.
Pernyataan-pernyataan keharusan
Menciptakan perintah personal seperti sebagai seorang ibu harus bisa merawat anaknya, memberikan ASI dan juga membahagiakan suami. Ibu harus menjadi supermom yang bisa menghandel segalanya. Padahal tidak harus seperti itu.
Memberi label dan salah melabel
Memberi label pada dirinya sendiri bahwa ia bukan ibu yang baik dan tidak pantas menjadi ibu.
Melakukan personalisasi
Menganggap semua yang terjadi adalah kesalahannya. Dia yang bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain, seperti perilaku suami yang kurang perhatian dianggap sebagai kesalahan dia yang tidak bisa membahagiakan suami.
Pikiran-pikiran yang terdistorsi tadi terlebih dulu harus diubah sebelum melakukan tindakan lebih lanjut dan tugas terapis membantu klien mengubah pola pikir tadi menjadi pola pikir yang lebih adaptif dan rasional. Terapis menunjukkan pada klien bahwa dia mengalami depresi pasca-melahirkan yang biasanya dipengaruhi hormon, stres dan perubahan dalam tubuh sehingga klien memahami bahwa apa yang dialaminya adalah normal. Meyakinkan klien bahwa depresi tersebut bisa disembuhkan.
Teknik-teknik yang digunakan adalah relaksasi, pemantauan diri dan terapi kognitif. Sebelum klien mengungkapkan pikiran-pikirannya, klien diminta melakukan relaksasi dulu untuk menenangkan pikiran dibantu oleh terapis. Lalu setelah klien lebih relaks, terapis memulai terapi kognitif yaitu dengan mendorong klien mengungkapkan pikiran-pikiran yang muncul akibat kejadian yang mengecewakan, misalnya apa yang ada dalam pikiran klien saat bayi selalu menangis, suami yang tidak peduli, ASI yang tidak keluar, tidak ada dukungan sosial, frustasi karena bayi tidak mau tidur, kelelahan pasca melahirkan dan peristiwa-peristiwa lain yang mengecewakan.
Setelah klien mengungkapkan pikiran-pikiran negatif itu, terapis berusaha melihat hubungan antara pikiran dengan respons emosional klien. Dengan begitu terapis bisa membantah pikiran yang terdistorsi dari klien. Biasanya saat menghadapi peristiwa-peristiwa itu, klien selalu menyalahkan diri, bahwa semua yang terjadi adalah akibat kesalahannya (personalisasi), merasa tidak bisa jadi ibu yang baik sehingga mengalami ketakutan.
Setelah klien mengutarakan pikiran-pikirannya tersebut, terapis membantah dengan rasionalisasi, misalnya saat klien merasa tidak bisa jadi ibu yang baik, terapis bisa membantah dengan mengatakan “kenapa ibu merasa tidak bisa jadi ibu yang baik? padahal selama ini ibu merawat bayi ibu, menyayanginya, menyusuinya, rela terjaga tengah malam jika bayi menangis. Ibu juga berjuang dengan mengandung selama 9 bulan dan berjuang saat melahirkan dengan segala kemampuan yang ibu miliki bahkan nyawa sebagai taruhannya, benarkan? Ibu tidak harus melakukan semuanya sendirian, ibu juga tidak harus menjadi supermom.”
Terapis terus membantu klien mengubah pola pikir yang salah dari klien bahwa perasaan-perasaan depresi yang dialaminya berasal dari pikiran-pikiran negatifnya sendiri. Terapis membantu klien dalam menghubungkan pola-pola pikiran pada mood yang negatif dengan cara meminta mereka melakukan pemantauan diri, yaitu dengan memonitor pikiran-pikiran negatif otomatis yang mereka alami sepanjang hari menggunakan buku harian atau catatan harian. Terapis menyuruh klien menulis buku harian. Jadi ketika klien menghadapi peristiwa yang menyebabkan sedih atau takut, klien diminta menuliskan pikiran-pikiran yang muncul saat peristiwa itu terjadi.
Mengubah pola pikir saja tidak cukup, tetapi harus diikuti adanya perubahan perilaku (terapi perilaku). Ibu yang menderita depresi pasca-melahirkan biasanya takut menyentuh bayinya, tidak mau menyusuinya, atau menolak kehadiran bayi. Untuk itu, perlu adanya perubahan perilaku bagaimana agar ibu tersebut bisa mendekati bayinya tanpa takut, bisa menyusuinya, dsb.
Di sini terapi behavioral diperlukan untuk mengubah perilaku ibu. Setelah tadi klien diminta menulis buku harian, terapis memberikan reward jika klien bisa melakukan aktivitas tersebut. Klien diminta mulai melakukan aktivitas sehari-hari yang disukainya. Sedikit demi sedikit mulai mendekati bayi, jika merasa tegang atau takut, klien diminta melakukan relaksasi dulu.
Terus seperti itu sampai akhirnya klien berani mendekati bayinya. Perubahan pada pola pikir pasti akan menimbulkan perubahan perilaku. Saat klien sudah tidak menyalahkan diri sendiri lagi, sudah tidak membesar-besarkan atau sudah mengembangkan pikiran yang lebih adaptif dan rasional, maka perilaku klien dalam menghadapi bayi dan tugas barunya sebagai ibu akan berubah juga karena klien sudah bisa menerima keadaan. Berbagi pekerjaan dalam perawatan anak dengan suami, dan mencari kelompok pendukung adalah hal lain yang bisa dilakukan.
Dalam menangani depresi pasca-melahirkan, dukungan dari suami dan keluarga dekat sangat dibutuhkan guna mempercepat proses penyembuhan. Jangan sampai ibu yang menderita baby blues ditinggalkan dan merasa sendirian. Baik pihak penderita, suami, orangtua dan mertua harus tahu apa yang terjadi pada ibu agar bisa memberikan penanganan yang tepat.



sumber : http://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08/penanganan-baby-blues-dengan-pendekatan-terapi-kognitif-behavioral-cbt/

Cognitive Behavior Therapy

Albert Ellis
Albert Ellis (1913-2007) lahir di Pittsburgh tapi melarikan diri ke New York di umur 4 tahun dan menetap disana selamanya. Ia masuk rumah sakit 9 kali sewaktu kecil karena Nephritis dan mengidap penyakit ginjal Glycosuria pada umur 19 tahun serta diabetes pada umur 40 tahun. Albert dengan ketat merawat kesehatannya dan dengan keras kepalanya dia menolak untuk menjadi sedih karena penyakit ini, Albert hidup dengan enerjik sampai akhir hayatnya di umur 93 tahun.
Menyadari bahwa dia pandai menasihati orang dan karena dia juga menyukainya, Albert memilih untuk menjadi Psikolog. Dia mempercayai psikoanalisis untuk mendalami psikoterapi. Ellis dianalisis dan diawasi oleh pelatih analis. Lalu dia berlatih psikoterapi dengan berorientasikan psikoanalisis, tapi akhirnya dia menjadi dikecewakan dengan kemajuan lambat kliennya. Ia mengamati bahwa mereka meningkat lebih cepat setelah mereka mengubah cara mereka berpikir tentang diri mereka sendiri dan masalah-masalah mereka. Awal pada tahun 1995 ia mengembangkan Rational Emotive Behavior Therapy (REDT). Ellis telah benar disebut kakek dari terapi perilaku kognitif. Sampai sakitnyanya selama dua tahun terakhir hidupnya, dia secara umum bekerja 16 jam sehari, melihat banyak klien untuk perseorangan terapi, menyediakan waktu sehari untuk tulisan profesional, dan memberi banyak talkshow dan workshop di berbagai belahan dunia. sampai batas tertentu Ellis mengembangkan pendekatannya sebagai metode untuk berurusan dengan masalah sendiri selama masa mudanya. pada satu titik dalam hidupnya, misalnya, ia telah berlebihan ketakutan berbicara di depan umum. Selama masa remajanya dia sangat malu pada wanita muda. Pada umur 19 tahun, dia memaksa dirinya sendiri untuk berbicara kepada 100 orang wanita berbeda di Bronx Botanical Garden selama satu bulan. Walaupun dia tidak pernah berhasil mendapatkan pengalaman untuk seorang teman kencan dari rangkuman ini, dia dapat mengurangi kesensitifan sendiri sampai ketakutannya pada penolakan oleh wanita. Dengan memberlakukan metode kognitif behavioral, dia berhasil menaklukkan beberapa blok emosionalnya yang paling kuat (Ellis, 1994, 1997).
Orang yang mendengar kuliah Ellis, sering membicarakan bahan kasarnya, jenaka, dan gaya flamboyannya. dia melihat dirinya sendiri sebagai lebih kasar daripada kebanyakan di workshopnya dan dia juga mempertimbangkan dirinya sebagai orang yang jenaka dengan beberapa cara. Dalam workshop, ia dengan senang hati melampiaskan sisi eksentriknya, seperti memberikan sambutannya dengan empat - huruf kata-kata. Dia sangat menikmati karyanya dan mengajar REBT, yang adalah semangat dan komitmen utama dalam hidup. Selama sakitnya terakhirnya pun, dia terus untuk melihat mahasiswa di pusat rehabilitasi di mana dia memulihkan diri, kadang-kadang mengajar dari rumah sakit. disamping radang paru-parunya, dia mempunyai 3 serangan jantung pagi itu tetapi dia masih menolak untuk membatalkan pertemuan ini dengan mahasiswa. Ellis menikahi seorang psikolog Australia, Debbie Joffe pada November 2004, yang dia sebut sebagai cinta hidup saya yang paling luar biasa (Ellis, 2008). mereka berdua saling berbagi cita-cita kehidupan, idaman sama dan mereka bekerja sebagai tim yang hadir workshops. untuk lebih banyak atas hidup Albert Ellis dan sejarah REBT lihat Rational Emotive Behavioral Therapy: It Works for Me—It Can Work for You (Ellis, 2004a).

Allbert Ellis Rational Emotive Behavioral Therapy
REBT ialah salah satu dari terapi kognitif behavioral. REBT mempunyai dampak yang luar biasa di terapi yang berorientasi kepada kesadaran dan kelakuan sebagai itu juga tekanan yang berpikir, menilai, mengambil keputusan, analisa dan perlakuan. Penerimaan dasar REBT adalah bahwa orang membantu dalam masalah psikologis mereka sendiri, serta sampai gejala spesifik, oleh cara mereka menerjemahkan peristiwa dan situasi yang dialami. REBT didasarkan pada asumsi kesadaran, emosi, dan kelakuan bergaul secara signifikan dan mempunyai timbal balik sebab-dan-efek hubungan. REBT terus-menerus menekankan pada ketiga di antaranya adalah modalities dan interaksi mereka, dengan begitu memenuhi syarat itu sebagai pendekatan integratif (Ellis 1994, 1999, 2001a, 2001b, 2002, 2008; Ellis &Dryden, 1997; Wolfe, 2007).
Ellis membantah bahwa pendekatan psikoanalisa kadang-kadang sangat tak efisien karena orang sering kelihatannya jadi lebih jelek daripada lebih baik. dia mulai untuk membujuk dan menganjurkan kliennya untuk melakukan hal yang mereka paling takut untuk melakukannya, seperti mengambil risiko terkena penolakan oleh orang lain. Lambat laun dia menjadi lebih eklektis dan lebih aktif dan lebih memberikan petunjuk sebagai seorang ahli terapi, dan REBT menjadi sekolah umum psikoterapi yang dimaksudkan untuk membekali klien dengan alat untuk mengubah struktur mereka filosofis dan gaya behavioral (Ellis, 2001; Ellis & Blau; 1998).
Hipotesa dasar REBT ialah bahwa tangkai emosi dari kepercayaan kami, evaluasi, interpretasi, dan reaksi sampai situasi hidup. lewat proses terapi, klien mempelajari ketrampilan yang memberi mereka alat untuk mengenali dan perselisihan kepercayaan tidak masuk akal yang diperoleh dan membuat dirinya dipelihara oleh indoktrinasi diri. Mereka belajar bagaimana caranya untuk mengganti cara berfikir yang tidak efektif dengan kesadaran efektif dan rasional, dan akibatnya mereka mengubah reaksi mengharukan mereka ke situasi. proses terapi membolehkan klien mempergunakan asas perubahan REBT tak hanya sampai masalah yang sekarang, tetapi juga sampai banyak masalah lain di hidup atau masalah masa depan yang mungkin mereka temukan.

KEY CONCEPTS
View of Human Nature
REBT didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi untuk baik rasional, atau 'langsung' berpikir dan tidak rasional, atau fikiran yang “bengkok”. orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan diri, kebahagiaan, berpikir dan verbalizing, mencintai dengan orang lain dan pertumbuhan dan aktualisasi diri. Mereka juga mempunyai kecondongan untuk merusak diri, pemikiran yang menghindar, penundaan, pengulangan tak habis-habisnya dari kesalahan, takhayul, ketidaktoleranan, perfeksionisme dan menyalahkan diri, dan menghindari aktualisasi potensi pertumbuhan. tidak menghargai bahwa manusia bisa salah, REBT mencoba menolong mereka menyetujui sendiri sebagai makhluk yang akan terus untuk membuat masih salah mengira sekaligus belajar hidup lebih banyak di perdamaian dengan sendiri.
View of emotional disturbance
REBT didasarkan pada premis bahwa meskipun kita awalnya belajar keyakinan irasional dari orang lain selama masa kanak-kanak, kita membuat dogma yang tidak rasional oleh diri kita sendiri. Kita melakukan ini dengan aktif memperkuat keyakinan yang merugikan diri sendiri oleh procesces outsuggestion, pengulangan diri dan berperilaku seolah-olah mereka sangat berguna.
Ellis mempertahankan bahwa orang tidak perlu diterima dan dicintai, walaupun ini mungkin sangat diinginkan. ahli terapi mengajar klien bagaimana caranya untuk merasakan dibawah tekanan walaupun mereka tak disetujui dan tak dicintai oleh orang lain. walaupun REBT menganjurkan orang mengalami perasaan sehat dari kesedihan karena tidak diterima, hal ini dimaksudkan untuk mencoba menolong mereka dengan mengetahui cara perasaan yang tak sehat dan mengatasi kegelisahan depresi, sakit, kehilangan harga diri, dan kebencian.

A-B-C Framework
A-B-C framework adalah pusat dari teori dan praktek REBT. Model ini menyediakan alat yang berguna untuk membantu mengerti perasaan klien, fikiran, peristiwa-peristiwa yang dialami klien dan kelakuan klien. A adalah keberadaan dari fakta dalam sebuah peristiwa atau perlakuan atau sikap klien. C adalah emosi dan akibat dari perlakuan atau reaksi dari individu, reaksinya bias berupa reaksi yang sehat atau yang tidak sehat. A (peristiwa yang aktif) tidak menyebabkan C (emosi dari akibat). Melainkan, B yaitu keyakinan seseorang tentang A yang menyebabkan C.
Bila seseorang merasakan depresi setelah bercerai, sebagai contoh, cerai bias menjadi penyebab dari reaksi depresi tapi keyakinan individu tentang sebagai orang yang gagal, ditolak, kehilangan orang yang disayang. Ellis akan memelihara keyakinan tentang penolakan dan kegagalan tersebut (poin B) yang menyebabkan depresi (poin C) bukan peristiwa bercerainya (poin A). percaya bahwa manusia bertanggung jawab pada pembuatan reaksi emosi mereka menunjukan bahwa individu bias mengubah keyakinan irasional mereka yang menyebakan gangguan emosi mereka.
Setelah A B dan C munculah D (bantahan). Sesungguhnya, D adalah aplikasi dari metode yang digunakan untuk membantu klien menantang keyakinan irasionalnya. Ada tiga komponen dari proses pembantahan: mengetahui, mendebatkan, mendiskriminasikan. Pertama, klien akan belajar tentang bagaimana caranya mengetahui keyakinan irasional mereka, terutama mereka yang selalu mengatakan “seharusnya”, “harus”. Lalu klien akan mendebatkan ketidakberfungsiannya keyakinan mereka dengan belajar tentang bagaimana mempertanyakan hal tersebut secara logis dan empiris serta dengan bersemangat mendesak diri sendiri ke luar dan bertindak terhadap kepercayaan mereka. Ahirnya, klien belajar untuk memilih-milih keyakinan irasional mereka dari keyakinan rasionalnya. Membentuk ulang fikiran klien memerlukan bantuan dari klien sendiri untuk belajar memonitor pembicaraan mereka sendiri.
Kesimpulannya adalah, filosofi dari rekonstruk adalah untuk mengubah ketidak berfungsian kepribadian kita terdiri dari tujuh langkah:
1. Mengetahui benar bahwa kita bertanggung jawab dalam pembentukan masalah emosi kita
2. Menerima gagasan bahwa kita mempunyai kemampuan untuk mengubah gangguan-gangguan ini
3. Menyadari bahwa masalah emosi kita berakar dari keyakinan yang irasional
4. Menghapus keyakinan irasional tersebut
5. Melihat nilai-nilai dari membantah keyakinan yang irasional
6. Menerima dakta bahwa bila kita mengharapkan untuk berubah kita harus berusaha lebih baik dan lebih keras
7. Mempelajari lebih lanjut tentang REBT

THE THERAPEUTIC PROCESS
Therapeutic goals
Menurut Ellis, kita mempunyai kecenderungan untuk lebih tidak menilai kelakuan kita sebagai baik atau buruk, berguna atau tidak berguna, tetapi juga menilai dirikita secara keseluruhan dari performa kita. Penilaian ini merupakan salah satu dari sumber gangguan emosi kita. Dengan begitu, kebanyakan terapi kognitif behavior mempunyai tujuan-tujuan dalam mengajarkan klien untuk memisahkan evaluasi dari kelakuan mereka dengan evaluasi dari mereka sendiri (evaluasi total) dan bagaimana cara mereka menerima walaupun mereka tidak sempurna.
Banyak jalan yanh diambil dalam REBT untuk menuntun tujuan klien dengan meminimalkan gangguan emosi mereka kelakuan merusak diri mereka dengan memunculkan filosofi hidup yang lebih logis dan bias dilakukan. Proses dalam REBT melibatkan usaha kolaborasi dari terapi dank lien dalam memutuskan tujuan yang realistis. Tujuan yang paling mendasar adalah untuk mengajari klien cara untuk mengubah gangguan emosi dan kelakuan mereka menjadi yang lebih baik. Ellis mengatakan bahwa dua dari tujuan utama REBT adalah untuk membantu klien dalam proses mendapatkan penerimaan diri tanpa syarat dan penerimaan diri pada orang lain tanpa syarat, serta utnu kmelihat bagaimana hal ini terhubung. Ketika klien menjadi lebih bias menerima diri sendiri, mereka akan lebih bisa menerima orang lain tanpa syarat.

Fungsi dan Peran Terapi
1. Menunjukan kepada klien bagaimana mereka tergabung dalam pemakaian “seharusnya”, “harus”. Terapi membantah keyakinan irasional klien dan menganjurkan klien untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang akan melawan keyakinan merusak dirinya
2. Menunjukan bagaimana klien terus-menerus membiarkan gangguan emosinya dengan terus berfikir hal yang tidak logis dan tidak realistis. Dengan kata lain, karena klien terus-menerus mendoktrin dirinya sendiri, mereka semakin bertanggung jawab dengan masalah kepribadiannya
3. Terapis membantu klien memodifikasi fikirannya dan meminimalisir fikiran-fikiran irasional mereka. Walaupun kita tidak mungkin menghilangkan semua fikiran irasionalnya, tetapi kita bisa mengurangi frekuensi pemikiran-pemikiran irasional tersebut. Terapis mengkonfrontasi klien dengan keyakinan yang awalnya mereka pertanyakan sebelum diterima dan menunjukan bagaimana mereka mengindoktrinasi diri mereka sendiri dengan asumsi-asumsi mereka.
4. Terapis menantang klien untuk membangun filosofi hidup yang rasional sehingga nanti di masa depan klien bisa terhindar dari keyakinan-keyakinan yang irasional.

Pengalaman Klien dalam Terapi
Ketika klien memulai untuk menerima bahwa keyakinan mereka adalah penyebab utama dari gangguan emosi dan perlakuan mereka, klien akan bisa untuk ikut serta secara efektif dalam pembentukan kembali kognitif mereka. Karena psikoterapi dilihat dari proses mempelajari ulang, dan memberikan pekerjaan rumah sebagai cara untuk merubah kelakuan. Klien bisa menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Walaupun hidup tidak selalu menyenangkan, tetapi klien belajar bahwa hidup masih bisa untuk dijalankan.
Proses terapeutik berfokus pada pengalaman klien di masa sekarang. REBT kebanyakan menekankan pengalaman sekarang dan masa depan dan kemampuan klien yang sekarang yang telah di bentuk ulang tadi. Terapis tidak memberikan banyak waktu untuk mengetahui masa lalu klien dan membuat hubungan antara masa lalu dan kelakuan sekarang. Terapi juga tidak mencari tahu tentang hubungan dengan orang tua atau saudara-saudara klien. Tetapi, proses terapeutik memfokuskan diri pada stress klien yang sekarang karena mereka percaya dan berperilaku merusak diri sendiri dilihat dari diri mereka sendiri dan dunia mereka.
Klien di harapkan untuk ikut aktif bekerja diluar terapi. Dengan bekerja keras dan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan terapis, klien dapat belajar untuk meminimalisir fikiran-fikiran yang salah, yang dapat mengakibatkan gangguan dalam emosi dan kelakuan. Pekerjaan rumah didisain dengan seksama dan disetujui dan ditujukan untuk membuat klien mengeluarkan perlakuan yang baik yang menimbulkan perubahan emosi dan sikap. Tugas ini akan di cek saat sesi terapi selanjutnya dan klien akan belajar secara efektif dalam menangani fikiran-fikiran yang merusak diri. Ketika sesi terapi terahir, klien akan mereview kemajuan mereka, membuat renacana kedepan, dan mengatur strategi untuk menangani malasalah-masalah yang akan dating.

Hubungan Antara Klien dan Terapis
Karena inti dari REBT adalah proses perlakuan kognisi dan petunjuk, hubungan yang erat antara klien dan terapis tidak dibutuhkan. Namun, Ellis percaya bahwa terlalu ramah dan terlalu pengertian dari terapis bisa menimbulkan rasa ketergantungan pada klien. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai orang yang tidak sempurna yang bisa ditolong dengan berbagai teknik. Ellis membuat raport dengan kliennya dengan menunjukan kepada mereka bahwa dia memiliki keyakinan yang besar pada kliennya bahwa mereka bisa berubah dan dia memiliki alat untuk membantu mereka merubahnya. REBT sering sekali terbuka dan langsung menyingkap nilai dan keyakinan mereka. Beberapa dari mereka secara suka rela menceritakan ketidak sempurnaan mereka sebagai cara untuk menantang fikiran-fikiran irasional klien. Wolfe (2007) mengatakan bahwa “sangat penting untuk mendirikan hubungan yang erat dengan klien, sebagai tantangan untuk menjelaskan kepada klien bahwa terapis adalah bukan pihak berwenang yang bermaksud untuk menyingkap sesuatu.”

Aplikasi Teknik Teraputik dan Prosedur
Praktek REBT
REBT dimulai dengan klien yang memiliki perasaan yang berubah dan keingintahuan tentang perasaan tersebut dan hubungannya dengan emosi dan kelakuannya. Praktisi REBT biasanya menggunakan beberapa teknik (kognisi, imaginasi,emosi, kelakuan, dan interpersonal). Mereka fleksibel dan kreatif dalam penggunaan metodenya, memastikan teknik yang akan digunakan untuk kliennya.
METODE KOGNISI. Praktisi REBT biasanya menggabungkan beberapa metode kognisi dalam proses terapeutik. Mereka menunjukan kepada klien dengan sikap yang langsung dan cepat apa yang akan terus dikatakannya pada klien. Lalu mereka mengajarkan klien untuk mengatasi keyakinan mereka sehingga mereka tidak lagi mempercayainya, menasehati mereka untuk mendapatkan filosofi baru berdasarkan realita. REBT bergantung pada fikiran, pertentangan, perdebatan, menantang, menafsirkan, menjelaskan, dan mengajarkan. Yang paling efektif untuk menimbulkan perubahan emosi dan perlaku dengan jangka yang panjang adalah dengan mengubah cara berfikir klien. Berikut adalah beberapa teknik kognitif yang bisa dipakai terapis:
1. Menetang keyakinan irasional
Hal yang paling biasa dilakukan dalam metode REBT, meliputi terapis yang terus menentang keyakinan irasional klien dan mengajarkan mereka untuk menantang diri mereka untuk melakukan hal tersebut. Klien akan terus berpegang teguh pada prisnip “seharusnya,” “harus” sampai mereka tidak lagi dapat berpegang pada keyakinan mereka.
2. Melakukan Pekerjaan rumah kognitif
Klien REBT diharapkan untuk membuat daftar permasalahan mereka lalu menantang keyakinan mereka. Mereka biasanya mengisi daftar menolong diri sendiri dalam REBT. Mereka bisa membawa daftar ini kedalam sesi terapi dan mengevaluasi pertentangan-pertentangan mereka. Memberikan perekjaan rumah adalah salah satu cara untuk mengetahui sampai dimana perkembangan klien dalam menentang keyakinan irasionalnya. Bagian dari pekerjaan rumah ini menyangkut model A-B-C yang dihadapi klien sehari-hari.
Dengan mengerjakan pekerjaan rumah, klien memberanikan diri untuk menenpatkan diri mereka dalam mengambil resiko dalam situasi yang dapat menantang batas keyakinan mereka. Sebagai contoh, seorang klien dengan bakat berakting tetapi takut untuk maju keatas panggung. Klien di beri petunjuk untuk menggantikan fikiran negatifnya seperti “saya akan gagal.” “saya akan terlihat bodoh.” atau “gak aka nada yang suka dengan saya” dengan fikiran-fikiran yang lebih positif seperti “walaupun saya terlihat bodoh, bukan berarti saya bodoh. Saya bisa berakting. Saya akan melakukan sebisa saya. Saya suka menjadi diri saya, tapi tidak semua orang suka dengan saya dan itu buka berarti ahir dari dunia.”

Di balik teori ini dan tugas yang sama adalah bahwa klien yang sering membuat hal negatif, meramalkan diri dan benar-benar gagal karena mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri sebelumnya bahwa mereka akan mementingkan itu terlebih dahulu. Klien didorong untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu selama sesi yang ditentukan dan terutama di situasi sehari-hari diantara sesi. Dengan cara ini klien secara bertahap belajar untuk mengatasi kecemasan dan menantang dasar pemikiran yang tidak rasional. Karena terapi adalah untuk melihat sebuah proses pendidikan, klien juga didorong untuk membantu diri dengan membaca buku REBT, seperti How to Be Happy and Remarkably Less Disturbable (Ellis, 1999); Feeling Better, Getting Better, and Staying Better (Ellis, 2001); dan Rational Emotive Behavior Therapy: It Works for Me-It Can Work for You (Ellis, 2004).
• Mengubah satu bahasa REBT berpendapat bahwa bahasa tidak tepat adalah salah satu penyebab proses pemikiran yang menyimpang.
• Metode Psychoeducatioanl REBT program terapi perilaku kognitif yang lain memperkenalkan klien pada berbagai materi pendidikan. Tentang sifat dasar dari masalah mereka dan bagaimana perawatan yang kemungkinan besar untuk dilaksanakan (Ledley, Marx, & Heimberg, 2005).
TEKNIK EMOTIF REBT praktisi menggunakan berbagai emotif prosedur, termasuk penerimaan tanpa syarat, bermain peran emotif rasional, meniru, pencitraan emotif rasional, dan melatih rasa malu.
Beberapa teknik membangkitkan ingatan emosi dan teknik terapi emosional:
• Pencitraan emotif rasional
Teknik ini adalah sebuah bentuk dari latihan mental yang intensif dirancang untuk membangun pola-pola emosional yang baru.
• Menggunakan humor
REBT berpendapat bahwa hasil gangguan emosional sering terjadi pada diri sendiri karena terlalu serius. Satu aspek REBT yang menarik adalah bahwa menumbuhkan pengembangan lebih baik dengan rasa humor dan membantu menempatkan kehidupan di dalam perspektif (Wolfe, 2007).
• Bermain peran
Bermain peran memiliki emosi, kognitif dan perilaku komponen, dan terapis sering menyela untuk menunjukkan kepada klien apa yang mereka katakan diri mereka untuk membuat gangguan mereka dan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengubah perasaan mereka yang tidak sehat menjadi orang yang sehat.
• Melatih rasa malu
Mengembangkan latihan untuk membantu orang-orang yang mengurangi rasa malu selama berperilaku dengan cara tertentu (Ellis, 1999, 2000, 2001a, 2001b).
• Menggunakan kekuatan dan semangat
Ellis telah menyarankan penggunaan kekuatan dan energi sebagai cara untuk membantu klien pergi dari intelektual ke wawasan emosional.
TEKNIK PERILAKU REBT
Praktisi menggunakan sebagian besar prosedur standar terapi, terutama operant conditioning, prinsip-prinsip manajemen diri, sistematis desensitization, teknik relaksasi dan pemodelan.
UPAYA PENELITIAN
Jika sebuah teknik tertentu tidak membuahkan hasil, para terapis REBT kemungkinan akan beralih ke yang lain.
APLIKASI DARI POPULASI REBT KE KLIEN
Rebt telah banyak diterapkan untuk pengobatan kecemasan, permusuhan, gangguan karakter, gangguan psikotik, dan depresi. Seperti permasalahan sex, percintaan dan pernikahan (Ellis & Blau, 1998).
REBT SEBAGAI TERAPI SINGKAT
REBT sangat cocok untuk digunakan sebagai bentuk terapi singkat, apakah hal ini diterapkan untuk individu, kelompok, pasangan, atau keluarga. Ellis awalnya mengembangkan REBT untuk mencoba membuat psikoterapi yang lebih pendek dan lebih efisien daripada kebanyakan sistem terapi, dan sering digunakan sebagai terapi yang singkat.
APLIKASI UNTUK KELOMPOK KONSELING
Terapi perilaku kognitif kelompok adalah yang paling populer di klinik dan keadaan sebuah komunitas. Dua pendekatan grup terapi perilaku kognitif yang paling umum didasarkan pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik REBT dan terapi kognitif.
TERAPI KOGNITIF AARON BECK
Teori dasar terapi kognitif berpendapat bahwa untuk memahami sifat episode emosional atau gangguan sangat penting untuk fokus pada konten kognitif reaksi individu terhadap peristiwa atau aliran pemikiran yang menjengkelkan (DeRubeis & Beck, 1988). Tujuannya adalah untuk mengubah cara berpikir klien dengan menggunakan pikiran otomatis mereka untuk mencapai inti skema dan mulai untuk memperkenalkan gagasan skema restrukturisasi. Hal ini dilakukan untuk mendorong klien dan mempertimbangkan bukti yang mendukung dari keyakinan mereka.
•Pembesaran dan minimalisasi terdiri dari mengamati kasus atau situasi yg besar atau lebih kecil daripada yang benr-benar layak. Anda mungkin membuat kesalahan kognitif dengan mengasumsikan bahkan bahwa kesalahan kecil dalam konseling klien dengan mudah bisa menciptakan krisis bagi individu dan mungkin mengakibatkan kerusakan psikologis.

•Personalisasi adalah kecendrungan individu untuk berhubungan dengan peristiwa eksternal untuk diri mereka sendiri bahkan ketika tidak ada dasar untuk membuat hubungan ini jika klien tidak kembali untuk sesi kedua.


•Pelabelan dan tidak pelabelan menggambarkan identitas seseorang berdasarkan ketidaksempurnaan dan kesalahan yang dibuat di masa lalu dan memungkinkan mereka untuk mendefinisikan identitas seseorang.

•pemikiran dikotomis melibatkan pengalaman yang mengkategorikan baik atau ekstrem.
dengan pemikiran terpolarisasi seperti, peristiwa diberi label dalam hal hitam atau putih.
terapis kognitif beroperasi pada asumsi bahwa cara yang paling langsung untuk mengubah emosi dan perilaku disfungsional adalah untuk memodifikasi pemikiran tidak akurat dan disfungsional. terapis kognitif mengajarkan klien cara mengidentifikasi ini kognisi yang terdistorsi dan disfungsional melalui proces evaluasi. dalam terapi kognitif, klien belajar untuk terlibat dalam pemikiran yang lebih realistis, khususnya jika mereka konsisten melihat ketika mereka cenderung terjebak dalam pemikiran bencana
setelah mereka telah mendapatkan wawasan tentang bagaimana pikiran mereka negatif realistis mempengaruhi mereka, klien dilatih untuk menguji realitas pikiran-pikiran otomatis terhadap resiko dengan memeriksa dan mempertimbangkan bukti untuk dan terhadap resiko mereka. Mereka dapat mulai untuk memantau frekuensi yang mengganggu keyakinan ini dalam situasi di kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang sering diajukan adalah "mana bukti ...?" jika pertanyaan ini dimunculkan cukup sering, klien cenderung untuk membuatnya berlatih untuk bertanya pada diri sendiri.
proses kritis memeriksa keyakinan inti mereka melibatkan secara empiris menguji mereka dengan secara aktif terlibat dalam dialog Sokrates dengan terapis, melakukan pekerjaan rumah, mengumpulkan data pada asumsi yang mereka buat, menjaga catatan kegiatan dan membentuk interpretasi alternatif (Datillio,2000 ; Freeman & Dattilio, 1994 ; Tompkins, 2004, 2006). Klien dari hipotesis tentang perilaku mereka dan akhirnya belajar untuk mempekerjakan specitic pemecahan masalah dan mengatasi keterampilan. melalui proses penemuan terbimbing, klien mendapatkan wawasan tentang hubungan antara pemikiran mereka dan cara mereka bertindak dan merasa.
Terapi kognitif difokuskan pada masalah ini, terlepas dari diagnosis klien. kapan keyakinan inti tertentu disfungsional berasal dan bagaimana ide-ide ini memiliki dampak saat ini terhadap skema klien tertentu (Dattilio, 2002a). Tujuan dari terapi ini singkat termasuk memberikan masa lalu dapat dibawa masuk ke terapi ketika terapis menganggap penting untuk memahami bagaimana dan bantuan sympton, membantu klien dalam menyelesaikan masalah mereka yang paling mendesak, dan mengajar klien strategi pencegahan kambuh. Baru-baru ini, perhatian meningkat telah ditempatkan pada bawah sadar, dimensi emosional dan bahkan komponen eksistensial pengobatan CT (Dattilio, 2002a; Safran, 1998).
Beberapa perbedaan antara REBT dengan CT :
1. REBT
•Sangat direktif
•Persuasif
•Konfrontatif
•Juga berfokus pada peran mengajar dari terapis
•Terapis model berpikir rasional dan membantu klien untuk mengidentifikasi dan membantah keyakinan irasional.
2. CT
•Menggunakan dialog Socrates dengan mengajukan pertanyaan terbuka kepada klien dengan tujuan mendapatkan klien untuk merefleksikan masalah-masalah pribadi dan sampai pada kesimpulan mereka sendiri
•Lebih menekankan pada membantu klien menemukan dan mengidentifikasi kesalahpahaman mereka sendiri daripada REBT
Perubahan terapi adalah hasil dari klien menghadapi kesalahan keyakinan dengan bukti yang bertentangan bahwa mereka telah dikumpulkan dan dievaluasi.

Hubungan Klien Terapis
salah satu cara utama praktek terapi kognitif berbeda dari praktek terapi perilaku rasional emotif adalah penekanannya pada realtionship terapeutik.
Summary and evaluation
REBT telah berkembang menjadi sebuah pendekatan yang komprehensif dan integratif yang menekankan berpikir, menilai, memutuskan, dan melakukan.pendekatan ini didasarkan pada premis keterkaitan berpikir perasaan, dan berperilaku. Terapi dimulai dengan perilaku clierts bermasalah dan emotious dan perselisihan pikiran yang langsung membuat mereka. Untuk memblokir diri mengalahkan keyakinan yang diperkuat oleh proses indoktrinasi diri, terapis REBT menggunakan teknik aktif dan direktif seperti mengajar, saran, persuasi, dan assigments pekerjaan rumah, dan mereka menantang klien untuk menggantikan sistem kepercayaan rasional untuk satu irasional. Terapis menunjukkan bagaimana dan mengapa keyakinan disfungsional menyebabkan hasil emosi dan perilaku negatif. mereka mengajarkan klien cara membantah keyakinan mengalahkan diri dan perilaku yang mungkin terjadi di future.REBT menekankan tindakan melakukan sesuatu tentang insignts satu keuntungan dalam terapi. perubahan datang terutama oleh komitmen untuk konsisten mempraktekkan perilaku baru yang menggantikan yang lama dan tidak efektif.
Rasional emotif terapi perilaku biasanya efektif dalam memilih strategi terapi. mereka memiliki lintang untuk mengembangkan gaya pribadi mereka sendiri dan untuk melaksanakan kreativitas, mereka tidak terikat oleh teknik tetap untuk terapis problems.cognitive tertentu juga berlatih dari sikap integratif, dengan menggunakan berbagai metode untuk membantu klien dalam memodifikasi berbicara diri mereka. Aliansi kerja diberikan penting khusus dalam terapi kognitif sebagai cara untuk membentuk partnership.although kolaboratif hubungan terapis klien dipandang sebagai perlu, tidak cukup untuk hasil yang sukses. dalam terapi kognitif, dianggap bahwa klien dibantu oleh penggunaan terampil dari berbagai intervensi kognitif dan perilaku dan oleh kesediaan mereka untuk pekerjaan rumah perfrom antara sesi.
Semua pendekatan perilaku kognitif menekankan pentingnya proses kognitif sebagai penentu perilaku. diasumsikan bahwa bagaimana orang merasa dan apa yang sebenarnya mereka lakukan sangat dipengaruhi adalah penilaian subyektif mereka situations.because ini penilaian situasi kehidupan dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, asumsi, dan dialog internal, kognisi seperti menjadi fokus utama terapi.
Kontribusi dari pendekatan perilaku kognitif
Sebagian besar terapi dibahas dalam buku ini dapat dianggap'''' kognitif dalam pengertian umum, karena mereka memiliki tujuan mengubah klien pandangan subjektif dari diri mereka sendiri dan world.The fokus perilaku kognitif pendekatan pada melemahkan asumsi yang salah dan keyakinan dan pengajaran klien keterampilan koping yang dibutuhkan untuk menangani masalah mereka.
REBT ellis itu saya menemukan aspek REBT sangat berharga dalam pekerjaan saya karena saya percaya bahwa kami bertanggung jawab untuk menjaga ide-ide yang merusak diri dan sikap yang mempengaruhi kita transactions.i setiap hari melihat nilai dalam menghadapi klien dengan pertanyaan seperti apa asumsi dan keyakinan dasar? dan telah Anda memeriksa ide-ide inti Anda tinggal oleh tc menentukan itu adalah nilai-nilai mereka sendiri atau hanya introjects? REBT telah dibangun di atas gagasan bahwa peristiwa Adlerian sendiri tidak memiliki kekuatan untuk menentukan kita lebih, itu adalah penafsiran kita tentang peristiwa yang sangat penting. Kerangka abc sederhana dan jelas menggambarkan bagaimana manusia terjadi gangguan dan cara-cara di mana perilaku bermasalah dapat changed.rather daripada berfokus pada themselves.therapy peristiwa menekankan bagaimana klien menafsirkan dan bereaksi terhadap apa yang terjadi kepada mereka dan perlunya aktif bersengketa berbagai rusak keyakinan.
kunci beck kognitif terapi beck pangsa konsep dengan REBT, tetapi berbeda dalam filsafat yang mendasari dan proses dimana hasil terapi. beck dibuat pionnering upaya dalam pengobatan kecemasan, fobia, dan depresi telah merevolusi praktek terapi, penelitian telah menunjukkan kemanjuran terapi kognitif untuk berbagai masalah ( leahy,2002; Scher, segal & ingram,2006).
Beck menunjukkan bahwa terapi terstruktur yang berpusat hadir dan berorientasi masalah dapat sangat efektif dalam mengobati depresi dan kecemasan dalam time.one relatif singkat kontribusi besar beck yang teoritis telah membawa pengalaman pribadi kembali ke dalam bidang penelitian ilmiah yang sah (Weishaar, 1993). Kekuatan dari terapi kognitif adalah fokus pada mengembangkan konseptualisasi kasus rinci sebagai cara untuk memahami bagaimana klien melihat dunia mereka.
Kekuatan kunci dari semua terapi perilaku kognitif adalah bahwa mereka adalah bentuk-bentuk integratif psychotherapy.beck menganggap terapi kognitif sebagai psikoterapi integratif karena menarik dari modalitas yang berbeda begitu banyak psikoterapi (Alford & beck, 1997).
Kredibilitas model kognitif tumbuh dari fakta bahwa banyak dari proposisi yang telah diuji secara empiris. menurut Leahy (2002), selama 20 tahun terakhir, model kognitif telah mendapatkan daya tarik yang luas dan tampaknya mempengaruhi perkembangan lapangan lebih dari model lain'' (p.119). Leahy mengidentifikasi beberapa alasan pendekatan ini telah menemukan daya tarik yang luas seperti :
- Kerjanya
- Itu adalah pengobatan yang efektif, fokus dan praktis untuk masalah tertentu
- tidak misterius atau rumit, yang memfasilitasi transfer pengetahuan dari terapis untuk cilent
- ini adalah bentuk yang efektif biaya pengobatan

kerja meichenbaum kognitif modifikasi perilaku meichenbaum dalam instruksi diri dan pelatihan stres inokulasi telah berhasil digunakan untuk berbagai populasi klien dan masalah tertentu. Dari catatan khusus adalah kontribusinya untuk memahami bagaimana stres tersebut sebagian besar disebabkan melalui dialogue.meichenbaum batin (1986) memperingatkan praktisi perilaku kognitif terhadap tp kecenderungan menjadi terlalu sibuk dengan teknik. Jika kemajuan harus dilakukan, ia menyarankan bahwa terapi perilaku kognitif harus mengembangkan teori diuji perubahan perilaku. dia melaporkan bahwa beberapa upaya telah dilakukan untuk merumuskan teori belajar kognitif sosial yang akan menjelaskan perubahan perilaku dan menentukan metode terbaik intervensi.
Kontribusi besar dibuat oleh Eilis, beck, dan meichenbaum adalah demistifikasi dari terapi process.the pendekatan perilaku kognitif didasarkan pada model pendidikan yang menekankan sebuah aliansi kerja antara terapis dan model client.the mendorong swadaya, memberikan umpan balik terus menerus dari klien pada seberapa baik strategi pengobatan bekerja, dan menyediakan struktur dan arah proses terapi yang memungkinkan untuk evaluasi hasil.
Sebaliknya beck (1987) menekankan bahwa kualitas hubungan terapeutik adalah dasar untuk penerapan kognitif therapy.through tulisannya, jelas bahwa beck percaya bahwa terapis efektif mampu menggabungkan empati dan sensitivitas, bersama dengan kompetensi teknis. Kondisi inti terapi dijelaskan oleh rogers dalam pendekatan berpusat pada orang itu dipandang oleh para terapis kognitif sebagai diperlukan, tetapi tidak cukup, untuk menghasilkan efek terapi yang optimal selain membentuk aliansi terapeutik dengan klien, terapis juga harus memiliki konsep kognitif kasus, menjadi kreatif dan aktif, dapat melibatkan klien melalui proses tanya jawab ala Socrates dan memiliki pengetahuan dan terampil dalam penggunaan strategi kognitif dan perilaku yang ditujukan untuk membimbing klien dalam penemuan diri signifikan yang akan Membawa Perubahan (Weishaar, 1993). Macy (2007) menyatakan bahwa terapis kognitif yang efektif berusaha untuk menciptakan'' hangat, hubungan empatik dengan klien sementara pada yang sama efektif dengan menggunakan teknik terapi kognitif yang akan memungkinkan klien untuk membuat perubahan dalam pemikiran mereka, perasaan, dan berperilaku (p.171). kognitif terapis yang terus menerus aktif dan interaktif dengan sengaja membantu klien klien bingkai kesimpulan mereka dalam bentuk hypotheses.therapists diuji melibatkan partisipasi aktif klien dan kolaborasi seluruh tahapan terapi, termasuk memutuskan seberapa sering untuk bertemu, bagaimana terapi jangka harus berlangsung apa masalah untuk menggali dan menetapkan agenda untuk setiap sesi terapi (L.Beck & Butler, 2005).
Kognitif terapis bertujuan mengajarkan bagaimana menjadi klien mereka sendiri therapist.typically, terapis akan mendidik klien tentang alam dan tentu saja masalah mereka, tentang proses terapi kognitif dan bagaimana pikiran mempengaruhi emosi dan perilaku. Proses edukatif termasuk menyediakan klien dengan informasi tentang masalah mereka menyajikan dan kambuh prevention.one cara mendidik klien adalah melalui bibliotherapy, di mana klien pembacaan selesai berurusan dengan filosofi kognitif therapy.according untuk dattilio orang merdeka (1992, 2007), bacaan-bacaan yang ditugaskan sebagai tambahan terhadap terapi dan dirancang untuk meningkatkan proses terapi dengan menyediakan buku pendidikan populer focus.some sering dianjurkan adalah mencintai tidak pernah cukup (Beck, 1988); merasa baik (Burns, 1988); perasaan baik buku pegangan (Burns, 1989); woulda, Bisa saja, Seharusnya (freeman & DeWolf, 1990); pikiran atas suasana hati (Greenberger & padesky, 1995), dan obat khawatir (Leahy, 2005 ). terapi kognitif telah menjadi dikenal masyarakat umum melalui buku membantu diri sendiri seperti ini.
Aplikasi terapi kognitif
Terapi kognitif awalnya mendapat pengakuan sebagai pendekatan untuk mengobati depresi namun penelitian yang luas juga telah dikhususkan untuk mempelajari dan pengobatan gangguan kecemasan. kedua masalah klinis telah menjadi yang paling ekstensif diteliti menggunakan terapi kognitif (Beck, 1991; Dattilio, 2000a). Salah satu alasan untuk popularitas terapi kognitif adalah karena dukungan empiris yang kuat untuk kerangka teoritis dan untuk jumlah besar hasil studi dengan populasi klinis'' (Beck, & Weishaar, 2008, hal. 291). Terapi kognitif telah telah berhasil digunakan dalam berbagai macam gangguan lain dan daerah klinis, beberapa di antaranya termasuk mengobati fobia dosorders psikosomatik, gangguan makan, marah, gangguan panik, dan gangguan kecemasan umum (Chambless & Peterman, 2006; dattilion & kendall, 2007; Riskind, 2006); posting gangguan stres traumatis, bunuh diri perilaku gangguan kepribadian borderline, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan skizofrenia (Dattilio & freeman, 2007); gangguan kepribadian (Pretzer & Beck, 2006); substansi penyalahgunaan (beck, 1987); penyakit medis (Dattilio & padesky, 1990 ; Epstein, 2006); anak penyalahguna, konseling perceraian, pelatihan keterampilan dan manajemen stres (Dattilio, 1998; Granvold, 1994; Reinecke, Dattilio, & freeman, 2002). program perilaku kognitif jelas telah dirancang untuk segala usia dan untuk berbagai ot populasi klien, untuk sumber yang bagus pada aplikasi klinis CBT untuk berbagai gangguan dan populasi, lihat kontemporer terapi kognitif (Leahy, 2006a).
menerapkan teknik kognitif. Beck dan Weishaar (2008) menggambarkan teknik kognitif dan perilaku yang merupakan bagian dari keseluruhan strategi yang digunakan oleh para terapis kognitif. Teknik ini ditujukan terutama mengoreksi kesalahan dalam informasi pengolahan dan memodifikasi inti keyakinan yang menghasilkan kesimpulan yang salah. Teknik kognitif memfokuskan mengidentifikasi dan memeriksa keyakinan klien, menjelajahi asal-usul keyakinan-keyakinan ini, dan memodifikasi mereka jika klien tidak dapat mendukung keyakinan ini. Teknik-teknik perilaku yang biasanya digunakan oleh para terapis kognitif contohnya pelatihan keterampilan, permainan peran, perilaku latihan dan eksposur terapi. Terlepas dari sifat dari masalah kembangkan, terapis kognitif terutama tertarik dalam menerapkan prosedur yang akan membantu individu dalam membuat alternatif interpretasi atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berpikir tentang bagaimana Anda mungkin menerapkan prinsip-prinsip CT kepada diri sendiri dalam situasi kelas ini dan mengubah perasaan Anda sekitar situasi
dosen Anda tidak sel pada selama sesi kelas tertentu. Anda biaya tertekan. Kognitif, Anda mengatakan kepada diri sendiri: 'dosen saya berpikir saya bodoh dan bahwa saya benar-benar tidak punya banyak nilai untuk menawarkan kelas. Selain itu, dia benar, karena orang lain terang dan lebih artikulatif daripada aku. Sudah cara ini sebagian besar hidup saya!'
mungkin beberapa alternatif interpretasi adalah abit thaught ingin untuk memasukkan orang lain dalam diskusi, bahwa dia pendek pada waktu dan ingin bergerak maju, bahwa dia sudah tahu pandangan Anda, atau bahwa Anda percaya diri yang dipilih atau menyerukan.
terapis akan memiliki Anda menjadi sadar akan distorsi di pola berpikir Anda dengan memeriksa pikiran Anda otomatis. Terapis akan meminta Anda untuk melihat Anda kesimpulan, yang dapat rusak, dan kemudian melacak mereka kembali ke pengalaman sebelumnya dalam hidup Anda. Kemudian terapis akan membantu Anda melihat bagaimana Anda kadang-kadang sampai kesimpulan (Anda keputusan yang bodoh, dengan sedikit nilai untuk menawarkan) ketika bukti untuk seperti suntik kurang atau berdasarkan informasi yang menyimpang dari masa lalu.
Sebagai klien dalam terapi kognitif , anda juga akan belajar mengenai proses atau cara minimasi perbesaran berpikir , yang melibatkan kedua melebih-lebihkan makna suatu peristiwa ( kau percaya " professor pikir anda bodoh , sebab ia tidak mengenal engkau di ini satu kesempatan ) atau meminimalkan itu ( anda meremehkan harga anda sebagai mahasiswa di kelas ) . Kursi terapis akan membantu anda dalam belajar bagaimana anda mengabaikan pentingnya aspek situasi , terlibat dalam terlalu disederhanakan dan kaku berpikir , dan memperluas dari satu insiden yang dapat anda pikirkan failure. situasi lain di mana anda dapat menerapkan prosedur ct ?
Pengobatan depression. beck menantang kenyataan bahwa depresi hasil dari kemarahan berbalik ke dalam . Malahan , dia memfokuskan pada isi ' s depresi dan ... pemikiran negatif bias interpretasi peristiwa ( derubeis & amp ; berk , 1988 ) bahkan menemukan kognitif konten kesalahan dalam mimpi tertekan klien
Beck (1987) menulis tentang cognitivetriad sebagai pola yang memicu depresi. dalam komponen pertama triad, klien memegang pandangan negatif dari diri mereka sendiri. mereka menyalahkan mereka kemunduran pada kekurangan pribadi tanpa mempertimbangkan penjelasan yang terperinci. Mereka yakin bahwa mereka tidak memiliki kualitas penting untuk membawa mereka kebahagiaan. Komponen kedua triad terdiri dari kecenderungan untuk menafsirkan pengalaman dalam cara negatif. Hampir tampaknya seolah-olah tertekan orang memilih centain fakta bahwa confrom ke kesimpulan mereka negatif, proses diarahkan untuk sebagai selektif abstaction oleh Beck. Selektif abstraksi digunakan untuk mendukung individual\ negatif skema, memberikan kepercayaan lebih lanjut dengan keyakinan inti. Componet ketiga dari triad berkenaan dengan klien tertekan suram visi dan proyeksi tentang masa depan. mereka mengharapkan yheir hadir kesulitan untuk melanjutkan, dan thet mengantisipasi hanya kegagalan di masa depan.
depresi orang-orang yang rentan sering mengatur kaku, perfeksionis tujuan untuk diri mereka sendiri yang tidak mungkin untuk mencapai. Harapan mereka negatif begitu kuat bahwa bahkan jika mereka mengalami keberhasilan dalam kembangkan taks anticipate kegagalan saat berikutnya. Mereka menyaring pengalaman sukses yang tidak konsisten wth konsep-diri negatif mereka. Isi pikiran individu depresi berpusat pada rasa kehilangan irreversibble yang menghasilkan keadaan emosi kesedihan, kekecewaan dan apatis
Becks's pendekatan terapeutik untuk mengobati depresi klien yang difokuskan pada area spesifik masalah dan memberikan klien alasan untuk terulang akan peristiwa mereka. Beberapa gejala depresi perilaku yang tidak aktif, penarikan dan penghindaran. Untuk menilai kedalaman depresi, Beck (1967) dirancang perangkat standar yang dikenal sebagai Beck Depression Inventory(BDI). terapis kemungkinan untuk menyelidiki dengan Sokrates mempertanyakan seperti ini: “apa akan hilang dengan mencoba? Wil! Anda merasa buruk jika Anda pasif? Bagaimana Anda tahu bahwa itu sia-sia untuk mencoba?' theraphy prosedur termasuk menyiapkan jadwal kegiatan dengan dinilai tugas selesai. Klien akan diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas yang mudah pertama, sehingga mereka akan bertemu dengan beberapa keberhasilan dan menjadi sedikit lebih optimis. Intinya adalah untuk meminta klien kerjasama dengan terapis pada asumsi bahwa melakukan sesuatu yang lebih cenderung mengarah untuk merasa lebih baik daripada melakukan apa-apa.
beberapa tertekan klien mungkin pelabuhan keinginan bunuh diri. theraphy kognitif strategi mungkin termasuk mengekspos ambivalensi klien, menghasilkan alternatif, dan mengurangi masalah untuk manageables proporsi. contoh, terapis dapat meminta klien dapat mengembangkan pandangan-pandangan alternatif dari masalah, kursus alternatif tindakan dapat dikembangkan. Hal ini dapat mengakibatkan tidak hanya klien merasa lebih baik tapi juga berperilaku dalam cara-cara yang lebih efektif (freeman & Reinecke, 1993).
Sebuah pusat karakteristik dari kebanyakan orang adalah depresi self-critism . Di bagian bawah orang self-hate adalah sikap kelemahan , inadequacy , dan kurangnya tanggung jawab . Sejumlah strategi terapi dapat used. klien bisa ditanyakan untuk identitas dan memberikan alasan untuk mereka yang berlebihan self-critical perilaku . Kursi terapis masy bertanya pada para kliennya , jika aku adalah untuk membuat kesalahan seperti yang anda lakukan , apakah kamu menghina aku , sama seperti dirimu sendiri ? terampil terapis dapat memainkan peran tertekan klien , menggambarkan klien karena dianggap tidak cukup , tidak kompeten , dan lemah . Teknik ini dapat efektif dalam demostrating klien kognitif dan sewenang-wenang distorsi kesimpulan . Kursi terapis pun berdiskusi dengan klien bagaimana shoulds dapat mengarah kepada tirani self-hate dan depresi .
Klien depresi biasanya pengalaman menyakitkan emosi . Mereka akan berkata bahwa mereka tidak dapat berdiri rasa sakit atau bahwa tidak ada yang dapat membuat mereka merasa lebih baik . Salah satu prosedur untuk melawan menyakitkan mempengaruhi humor . Sebuah therapistcan menunjukkan ironis aspek situasi . Jika klien mencari bahkan bisa sebentar pengalaman beberapa lightheartness , itu dapat berfungsi sebagai antidote untuk kesedihan . mereka Seperti kognitif pergeseran mereka yang ditetapkan hanya tidak kompatibel dengan self-critical mereka attitide .
theraphist biasanya memiliki memimpin dalam membantu klien membuat daftar tanggung jawab mereka, menetapkan prioritas, dan mengembangkan rencana aksi yang realistis. Karena melaksanakan rencana tersebut sering dihambat oleh pikiran yang merugikan diri sendiri, itu adalah baik untuk terapis menggunakan teknik latihan kognitif dalam mengidentifikasi dan mengubah pikiran negatif. Jika cliens dapat; mendapatkan untuk memerangi mereka kurang percaya diri dalam sesi theraphy, mereka mungkin dapat menerapkan keterampilan kognitif dan perilaku baru diperoleh dalam kehidupan nyata situastions.
aplikasi theraphy keluarga. Pendekatan perilaku kognitif berfokus pada pola interaksi keluarga dan hubungan keluarga, kognisi, emosi dan perilaku dipandang sebagai axerting yang saling pengaruh terhadap satu sama lain. Kesimpulan kognitif dapat membangkitkan emosi dan perilaku, dan emosi dan perilaku demikian dapat mempengaruhi kognisi dalam proses timbal balik yang kadang-kadang berfungsi untuk menjaga disfungsi keutuhan keluarga.
donald meichenbaums modifikasi perilaku kognitif
pengantar
Alternatif besar lain untuk amotive rasional perilaku theraphy adalah Donald meichenbaums perilaku kognitif modifikasi (CBM), yang difokuskan pada mengubah self-verbalizations klien. Menurut Meichenbaum (1977), self-statements mempengaruhi perilaku orang dalam banyak cara yang sama seperti pernyataan yang dibuat oleh orang lain. Janji dasar CBM adalah bahwa klien, seperti prasyarat untuk perubahan perilaku, harus memperhatikan bagaimana mereka berpikir, merasa, dan berperilaku dan dampak mereka pada orang lain. Untuk perubahan terjadi, klien harus mengganggu sifat scripted perilaku mereka sehingga mereka dapat evalute perilaku mereka dalam berbagai situastions (Meichenbaum, 1986).
ada perubahan perilaku
Meichenbaum ( 1977 ) mengusulkan perubahan perilaku yang terjadi melalui sebuah proses mediasi sequiance , melibatkan interaksi dalam pidato , struktur kognitif dan behaviours dan mereka hasil resultante ( p. Delapan belas ) . Dia menggambarkan tiga tahap dari proses perubahan di mana orang-orang tiga aspek yang terjalin . Menurutnya , fokus atau hanya salah satu aspek mungkin akan terbukti tidak cukup.
Tahap 1: proses. langkah awal dalam proses perubahan terdiri dari klien belajar bagaimana untuk mengamati perilaku mereka sendiri.
Tahap 2: memulai dialog internal baru. Sebagai akibat dari kontak klien-terapis awal, klien belajar untuk melihat perilaku maladaptive mereka, dan mereka mulai melihat peluang untuk adaptif perilaku alternatif.
Tahap 3 : belajar keterampilan baru . Kemudian tahap ketiga yang merupakan modifikasi proses pengajaran vlients lebih efektif copingskills , yang dilakukan dalam situastions sebenarnya .
program penanggulangan keterampilan
alasan untuk mengatasi keterampilan program adalah bahwa kita dapat memperoleh strategi yang lebih efektif dalam menghadapi situasi stres dengan belajar bagaimana untuk mengubah mengatur kita kognitif atau keyakinan inti kami. Prosedur berikut dirancang untuk mengajarkan keterampilan mengatasi:
• mengekspos klien untuk situasi yang menimbulkan kecemasan oleh cara dari peran bermain dan citra
• klien yang membutuhkan untuk mengevaluasi tingkat kecemasan mereka
• mengajar klien untuk menjadi sadar akan menimbulkan kecemasan kognisi mereka pengalaman dalam stressfull situasions
• membantu klien memeriksa pikiran ini oleh ulang mereka mewakili dirinya
• Setelah klien perhatikan tingkat kecemasan yang mengikuti penelaahan ulang tentang ini

konstruktivis pendekatan perilaku kognitif theraphy
Meichenbaum menggambarkan constructivist pendekatan perilaku kognitif theraphy sebagai kurang terstruktur dan lebih berorientasi dari penemuan standar theraphy kognitif . Pendekatan constructivist yang memberikan lebih banyak penekanan untuk masa lalu pembangunan , cenderung untuk lebih dalam keyakinan dan mengeksplorasi target inti yang berdampak dan emosional behavioural tol klien membayar untuk kemelekatan untuk centain akar metafora . Pengguna meichenbaum pertanyaan ini untuk evalute hasil theraphy :

• Apakah klien sekarang dapat menceritakan sebuah kisah baru tentang diri mereka sendiri dan dunia?
• Apakah klien sekarang menggunakan metafora yang lebih positif untuk menggambarkan diri mereka?
• Apakah klien dapat memprediksi situastions berisiko tinggi dan menggunakan keterampilan mengatasi dalam berurusan dengan masalah-masalah yang muncul?
• Apakah klien dapat mengambil kredit untuk perubahan yang mereka telah mampu membawa?

perilaku kognitif theraphy dari perspektif multicultural
da beberapa kekuatan pendekatan perilaku kognitif dari keragaman perspektif . Kalau terapis mengerti nilai-nilai inti budaya mereka beragam klien , mereka bisa membantu pelanggan mengeksplorasi nilai-nilai ini dan mendapatkan sebuah kesadaran yang bertentangan mereka penuh perasaan . Kemudian klien dan terapis dapat bekerja bersama untuk mengubah selektif karena ada individu keyakinan sistem , atau pandang , sebagai bagian dari metode self-challenge.

kekurangan dari perspektif keragaman
Menjelajahi nilai dan keyakinan inti memainkan peran penting dalam semua behavioural pendekatan , kognitif dan hal ini penting bagi terapis untuk memiliki pemahaman yang latar belakang budaya klien dan menjadi sensitif terhadap perjuangan mereka . Therpist akan lakukan dengan baik untuk perhatian dalam menentang klien tentang keyakinan dan behaviours sampai mereka pastinya mengerti konteks . budaya mereka. dalam hal ini, wolfe (2007), menunjukkan bahwa pekerjaan terapis untuk membantu klien memeriksa dan menantang asumsi budaya lama hanya jika mereka mengakibatkan dysfunctionalemotions atau perilaku.

Keterbatasan Dan Kritikan Dari Pendekatan Perilaku Kognitif
Salah satu pendekatan perilaku kognitif adalah terapi tingkat pelatihan. Pengetahuan, keterampilan dan persepsi. Meskipun hal ini berlaku untuk semua pendekatan terapi, hal ini terutama terjadi CBT praktisi, karna mereka cenderung aktif, sangat terstruktur, dan menawarkan klien untuk mengajari keterampilan hidup. Macy (2007) menekankan bahwa penggunaan yang efektif dari terapi perilaku kognitif interfensi memerlukan study yang luas, pelatihan dan praktek : “Pelaksanaan intervensi ini mensyaratkan bahwa praktisi harus sepenuhnya didasarkan pada teori lokal dan terapi , dan mampu menggunakan berbagai teknik yang terkait” (p. 159).
ELLIS’S REBT : Saya menghargai masa lalu klien tanpa tersesat akan masa lalunya dan tanpa berasumsi sikap pasrah tentang awal dari traumanya. Saya mempertanyakan asumsi REBT yang menjelajahi masa lampau secara efektif dalam membantu klien mengubah pikiran dan prilaku. Dari perspektif saya, menjelajahi pengalaman masa lalu dapat memiliki banyak daya traumatik jika diskusi ini terhubungkan
Pembatasan potensial lain melibatkan penyalahgunaan kekuasaan terapis oleh ide-ide yang merupakan berfikir rasional.Ellis (2001b) mengakui bahwa klien mungkin merasa tertekan untuk mengadopsi tujuan dan member nilai pada terpi daripada pertindak dalam sistem rangka nilai mereka sendiri.Karena sifat aktif dan direktif pada pendekatan ini, sangat penting bagi praktisi untuk mengetahui diri baik untuk menghindari memaksakan filosofi hidup mereka sendiri pada klien mereka. Karena terapis memiliki sejumlah besar kekuatan oleh berdasarkan persuasi,kerugian sikologis ini lebih mungkin dalam REBT daripada dalam pendekatan kurang direktif.

TERAPI KOGNITIF BECK’S
Terapi kognitif telah dikeritik karena fokus terlalu banyak pada kekuatan positif berfikir menjadi terlalu dangkal dan sederhana ; Menyangkal pentingnya masa lalu ; Menjadi terlalu berorientasi teknik ; Menggunakan terapi hubungan ; Bekerja hanya pada menghilangkan gejala, Tetapi gejala untuk mengeksplorasi penyebab kesulitan ; Mengabaikan peran faktor sadar ; Dan mengabaikan perasaan.
Freeman and Dattilio(1992,1994,Dattilio,2001) melakukan pekerjaan yang baik dari membongkar mitos dan kesalahpahaman tentang teori kognitif. Weishaar (1993) sejumlah ringkasan keritik dilontarkan pendekatan meskipun terapi kognitif adalah langsung dan melihat solusi sederhana daripada kompleks, ini tidak berarti teori kognitif sederhana pada terapi kognitif tidak menjelajahi bahwa sadar atau konflik yang mendasari tetapi bekerja dengan klien dimasa kini untuk membawa tentang skema perubahan. Namun, mereka mengakui bahwa masalah klien saat ini tentang pengalaman hidup, dan dengan demikian mereka dapat menjelajahi dengan klien cara masa lalu mereka saat ini.

Meichenbaums modifikasi perilaku kognitif
Kritik pendekatan dari mereka Meichenbaums, Pattenson dan Watkins (1996) meningkatkan beberapa pertanyaan yang sangat baik yang dapat ditanaykan melalui pendekatan perilaku kognitif. perilaku kognitif yang paling dasar ini adalah menemukan cara terbaik untuk mengubah sebuah kegagalan klien untuk berpikir rasional atau logis selalu karena kurangnya pemahaman tentang resoning atau pemecahan masalah? Mengapa belajar dengan pengalaman diri sendiri lebih efektif dan lebih tahan daripada yang diajarkan oleh seorang terapis? Walaupun kami belum pasti memiliki jawaban untuk pertanyaan ini, tapi kita tidak bisa berasumsi bahwa belajar terjadi hanya dengan diajari. itu adalah kesalahan untuk menyimpulkan bahwa terapi adalah proses utama kognitif. terapi experiental menekankan bahwa belajar juga melibatkan emosi dan penemuan diri